Aku rutin menulis itu, dimulai 3 tahun yang lalu. Bukan menulis laporan atau riset di kala bekerja, namun menulis tentang apa yang ada di pikiranku tentang kehidupan di sekitarku. Tentang pikiran orang-orang memandang kehidupannya. Kutuangkan semua di blog aku, angrumaoshi.com. Tempatmu bercerita kehidupan, disitulah aku menyimak dan menuangkannya ke dalam tulisan penuh makna, -angrumaoshi.com- Hidup di Perantauan Tahun 2017, aku pindah ke Semarang. Di Semarang ini bisa dibilang aku tidak punya kenalan siapa pun. Aku ikut merantau ke kota lumpia ini bersama suamiku, karena Suamiku dipindahtugaskan di kota ini. Aku pun melepas kehidupanku di Jakarta meninggalkan semua teman-temanku di sana dan bisa dibilang aku memulai hidup baru disini memulai dari nol. Peran ku pun berubah dari yang sebelumnya seorang working mom suka lembur dan terbang ke sana ke mari menjadi seorang full time stay at home mom dengan dua anak yang masih berusia dibawah 3 tahun. Bisa dibayangkan bagaimana perubahan
Pada level 3 tantangan pada Reading Challenge One Day One Post Batch 6, para peserta diminta untuk membaca salah satu buku terjemahan dan memberikan review atau analisanya tentang apa yang membuatnya berbeda dari buku non terjemahan. Banyak sekali seri buku psikologi populer yang juga telah aku baca yang bukan merupakan terjemahan. Namun aku pribadi lebih menyukai membaca terjemahan walau masing-masingnya memiliki keunggulan dan kelemahan masing-masing. Khusus buku ini jika keunggulannya antara lain jika dibandingkan buku sejenia non terjemahan: 1. Alur mengalir, singkat, padat dan jelas. Menggunakan angka istimewa 100, jadi seluruh bahasan dipecah menjadi 100 tips (5 keping besar @ 20 tips) dimana di setiap tips hanya 1-3 halaman saja. Membuat pembaca tidak bosan dan hilang konsen saat membacanya. Fokus terjaga serta yang ingin disampaikan mengena sekali tanpa ada kesan bertele/tele. Adanya kalimat yang dicetak tebal menggunakan ukuran huruf lebih besar juga s