Ketika kamu ada masalah dengan Telkomsel kamu cara favorit aku untuk menyelesaikan masalah itu adalah dengan tanya Veronica saja. Veronica itu siapa sih? Veronica itu adalah virtual asisten dari provider Telkomsel dia akan selalu siap membantu kamu selama 24 jam di manapun kamu berada ketika kamu ada masalah dengan Telkomsel kamu. Caranya tinggal chat aja kamu klik Veronica di aplikasi My Telkomsel atau website resminTelkomsel. Bahkan via sosmed juga bisa loh seperti: LINE WhatsApp Facebook Messenger Telegram Veronica ini cukup membantu ya untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang tidak terlalu rumit jadi di daripada kamu harus menelpon call center dan menunggu untuk dihubungkan dengan customer service officer yang kadang antriannya cukup banyak ya dan juga memakan pulsa serta waktu kamu maka pilihan untuk bertanya ke Veronica ini menjadi pilihan yang yang paling efektif dan efisien. Tanya Veronica ketika di Luar Negeri Tanya ke Veronica ini juga andalan banget loh ketika kamu berada
Aku itu sebenarnya tidak begitu suka membaca novel atau buku fiksi. Bisa dibilang aku membaca karena ikut-ikutan trend saja. Karena yang ada di pikiranku, buku novel dan fiksi itu hanya rekaan semata. Bukan kisah kehidupan nyata. Jadi aku lebih menyukai buku-buku non fiksi. Ensiklopedia, buku biografi atau buku kumpulan kisah nyata.
Namun akhirnya karena tuntutan pergaulan mau gak mau ya mesti ikutan membaca buku-buku yang sedang trend saat itu. Contohnya: Buku Harry Potter. Buku yang tebalnya minta ampun ini dan benar-benar dunia khayal ya mau gak mau kulalap juga. Daripada kalau saat ngobrol nggak nyambung. Belum lagi teman-teman yang sudah membaca duluan bukunya yang versi bahasa inggris. Wkwkwk kalau yang versi bahasa indonesianya saja tidak kubaca, malu lah aku.
Jadi keinginanku membaca fiksi itu memang lebih kepada peer pressure.
Bagiku membaca buku fiksi itu lebih baik menonton filmnya. Semua sudah dengan apik divisualisasikan oleh sang sutradara dan akting para pemerannya oke. Yang yang paling penting ketika menonton film itu tak terputus langsung selesai dan cukup menghabiskan waktu 2-3 jam saja. Bandingkan dengan jika kita membaca bukunya langsung yang tebal, yang membutuhkan waktu lebih dari 2-3 jam, belum jika ada gangguan saat membaca sehingga harus terhenti dan entah kapan melanjutkannya lagi ketika ada waktu.
Kalau sekarang masih ada peer pressurekah? Tentu masih ada tapi aku sudah tidak mempedulikannya lagi. Aku membaca buku yang aku suka. Khususnya menonton film yang diangkat dari buku yang pastinya sudah best seller. Penulis buku yang aku suka salah satunya adalah Ika Natasha. Sepemahamanku dulu seorang penulis buku novel adalah sebuah profesi tunggal. Ternyata pemahamanku salah. Banyak sekali penulis-penulis yang juga mempunyai profesi lainnya. Salah satunya Mbak Ika Natasha ini. Dia adalah seorang banker handal. Saat itu aku baru saja masuk bekerja di bank tempat mba Ika Natasha ini. Dan ternyata banyak pegawai bank yang menulis buku genre fiksi (bukan buku tentang keuangan atau perbankan ya). Latar yang digunakan dalam buku-buku mereka ini ya sebagian besar kondisi kerja di bank sehari-hari. Jadi kalau untuk aku, membaca buku yang relate dengan kondisi kita itu lebih dapat feelnya. Membaca buku mba Ika Natasha ini akhirnya menjadikanku menyukai membaca buku novel/fiksi, bukan sekedar ikut-ikutan trend saja. Namun karakter dari si pengarang atau penulis buku tersebut memberikan andil cukup besar ketika aku membaca sebuah buku. Aku akan selalu kepo dengan penulisnya. Bagaimana sebenarnya kehidupan sehari-hari penulis buku tersebut hingga akhirnya aku dapat mengambil kesimpulan oh ternyata karena kehidupan penulis buku tersebut seperti itu maka dapat menghasilkan karya buku sebagus ini.
Buku favorit hingga saat ini, hmmm apa ya? Buku-bukunya mba Ika Natasha merupakan buku favoritku, termasuk film2nya. Hampir seluruh bukunya difilmkan. Buku pertamanya "A Very Yuppy Wedding" benar-benar membuatku suka membaca buku fiksi. Namun kesukaanku terhadap kisah nyata tetap tidak ada yang dapat menandinginya.
Buku yang baru sempat kubaca setelah 10 tahun kubeli ini adalah buku favoritku, andai saja dulu aku langsung membaca buku ini. Buku berjudul "Home is where the heart is" benar-benar membuatku jatuh hati. Penulisnya dengan apik dan runut menuliskan kisah hidupnya bergaya novel. Kisah seorang perempuan Australia yang memilih untuk mengabdikan hidupnya untuk anak-anak yatim piatu korban perang di Kamboja. Kalau penasaran klik saja link biru di kalimat pertama paragraf ini ya.
Jadi mengapa aku membaca buku itu biasanya faktor penulisnya yang menjadi faktor yang utama dan juga latar dari cerita tersebut serta pesan yang mau disampaikan. Kalau kamu, alasan kamu membaca buku itu apa?
Aku malah kebalikannya.justru susah baca buku selain fiksi kek novel, kumcer, puisi atau fiksi lainnya. Jika Mbak bilang lebih enak nonton filmnya, itu emang lebih cepet sih. Tapi beda feel gimana gitu. Kalu milih nonton felem dari pada novelnya, mending baca novelnya sih. Eh tapi kalau senggang juga. Hehehhe
BalasHapusBetul mas beda feelnya yah. Mungkin perlu orang yang daya imajinasi dan visualisasinya tinggi untuk para pembaca buku. Hehehe.
BalasHapus