Aku rutin menulis itu, dimulai 3 tahun yang lalu. Bukan menulis laporan atau riset di kala bekerja, namun menulis tentang apa yang ada di pikiranku tentang kehidupan di sekitarku. Tentang pikiran orang-orang memandang kehidupannya. Kutuangkan semua di blog aku, angrumaoshi.com. Tempatmu bercerita kehidupan, disitulah aku menyimak dan menuangkannya ke dalam tulisan penuh makna, -angrumaoshi.com- Hidup di Perantauan Tahun 2017, aku pindah ke Semarang. Di Semarang ini bisa dibilang aku tidak punya kenalan siapa pun. Aku ikut merantau ke kota lumpia ini bersama suamiku, karena Suamiku dipindahtugaskan di kota ini. Aku pun melepas kehidupanku di Jakarta meninggalkan semua teman-temanku di sana dan bisa dibilang aku memulai hidup baru disini memulai dari nol. Peran ku pun berubah dari yang sebelumnya seorang working mom suka lembur dan terbang ke sana ke mari menjadi seorang full time stay at home mom dengan dua anak yang masih berusia dibawah 3 tahun. Bisa dibayangkan bagaimana perubahan
Buku ini sudah kumiliki sejak 10 tahun yang lalu ketika aku mengikuti acara international youth tentang kemanusiaan di Pattaya, Thailand. Saat itu ada seorang pembicara bernama Geraldine Cox yang berbagi ceritanya tentang mendirikan suatu panti asuhan di kamboja. Dia adalah seorang berkewarganegaraan Australia. Seorang wanita paruh baya saat itu, bercerita tentang panti asuhannya itu yang membuatnya merasa menemukan arti hidup. Aku kala itu benar-benar terhanyut dengan ceritanya dan sangat menginspirasi aku. Aku pun membeli bukunya yang bercerita tentang kisah hidupnya. Namun 10 tahun kemudian aku baru sempat membacanya, selain karena tebalnya buku dan dalam bahasa inggris, kesibukanku bekerja membuatku belum menengok buku ini. Akhirnya aku kini dapat membaca buku ini, ternyata kisah hidupnya penuh dengan roller coaster. 10 hal menarik tentang biografi seorang Geraldine Cox: Di usianya 23 tahun, dirinya mengetahui bahwa dirinya tak akan pernah bisa hamil, kemun