Aku rutin menulis itu, dimulai 3 tahun yang lalu. Bukan menulis laporan atau riset di kala bekerja, namun menulis tentang apa yang ada di pikiranku tentang kehidupan di sekitarku. Tentang pikiran orang-orang memandang kehidupannya. Kutuangkan semua di blog aku, angrumaoshi.com. Tempatmu bercerita kehidupan, disitulah aku menyimak dan menuangkannya ke dalam tulisan penuh makna, -angrumaoshi.com- Hidup di Perantauan Tahun 2017, aku pindah ke Semarang. Di Semarang ini bisa dibilang aku tidak punya kenalan siapa pun. Aku ikut merantau ke kota lumpia ini bersama suamiku, karena Suamiku dipindahtugaskan di kota ini. Aku pun melepas kehidupanku di Jakarta meninggalkan semua teman-temanku di sana dan bisa dibilang aku memulai hidup baru disini memulai dari nol. Peran ku pun berubah dari yang sebelumnya seorang working mom suka lembur dan terbang ke sana ke mari menjadi seorang full time stay at home mom dengan dua anak yang masih berusia dibawah 3 tahun. Bisa dibayangkan bagaimana perubahan
When your age had already slipped from 30th... and welcoming 40th... That's kind of pity because, you can't be seen as youth again but not seen mature enough also. Mature defined by society as more than 40 years old. So in between 30-40 years old,you will be consider as a young adult. So many activities or job requirement or scholarship, define maximum age by 30 or mininum age by 40. It will leaves us with age in between 30-40, limited opportunity. We are not considered youth again but also not mature adult. Hmm, I'm still keep wondering why youth is defined by aged started 17-30 years old. It is also applied for college student (especially for submitting scholarship for master degree). And below 40 for applying scholarship PhD level. Why age is a criteria for someone to apply postgraduate, especially scholarship. Just because of the person will be old enough when graduated... So the time for the person to reinvest or distribute their knowledge to society is limited?